Senin, 28 Juli 2014

Puisi: "Stronger"



Tuhan menciptakan semua makhluk berpasang - pasangan
Bahkan di dalam tubuh hewan tak berakal pun, perasaan itu tetap ada
Karena cinta adalah karunia

Namun apa jadinya jika separuh dari sepasang itu pergi
Akan ada hati yang merintih atau jiwa yang perih

Seperti sebutir debu dalam gurun pasir
Seperti setitik air di samudera pasifik

Seperti itulah hati yang merintih
Yang hilang disapu tsunami

Namun percayalah....

Kala malam berlalu pergi
Cahaya merah akan datang menghampiri

Sabtu, 12 Juli 2014

Daftar nama Kurawa & Anak - anak drestarastra

1. Versi India
1Duryodana
2Dursasana
3Dursaha
4Dursala
5Jalaganda
6Sama
7Saha
8Winda
9Anuwinda
10Durdarsa
11Subahu
12Duspradarsa
13Durmarsana
14Durmuka
15Duskarna
16Karna
17Wikarna
18Sala
19Satwa
20Sulocana
21Citra
22Upacitra
23Citraksa
24Carucitra
25Sarasana
26Durmada
27Durwigaha
28Wiwitsu
29Wikatinanda
30Urnanaba
31Sunaba
32Nanda
33Upananda
34Citrabana
35Citrawarma
36Suwarma
37Durwimoca
38Ayobahu
39Mahabahu
40Citrangga
41Citrakundala
42Bimawiga
43Bimabela
44Walaki
45Belawardana
46Ugrayuda
47Susena
48Kundadara
49Mahodara
50Citrayuda
51Nisanggi
52Pasa
53Wrendaraka
54Dredawarma
55Dredaksatra
56Somakirti
57Antudara
58Dredasanda
59Jarasanda
60Satyasanda
61Sadasuwaka
62Ugrasrawa
63Ugrasena
64Senani
65Dusparaja
66Aparajita
67Kundase
68Wisalaksa
69Duradara
70Dredahasta
71Suhasta
72Watawiga
73Suwarca
74Adityaketu
75Bahwasa
76Nagadata
77Ugrasai
78Kawaci
79Kradana
80Kundi
81Bimawikra
82Danurdara
83Wirabahu
84Alolupa
85Abaya
86Dredakarma
87Dredaratasraya
88Anadrusya
89Kundabedi
90Wirawi
91Citrakundala
92Pramada
93Amapramadi
94Dirgaroma
95Suwirya
96Dirgabahu
97Sujata
98Kencanadwaja
99Kundasi
100Wirajasa
101Yuyutsu
102Dursala
2. Versi Jawa

  1. Duryodana (Suyodana)
  2. Dursasana (Duhsasana)
  3. Abaswa
  4. Adityaketu
  5. Alobha
  6. Anadhresya (Hanyadresya)
  7. Anudhara (Hanudhara)
  8. Anuradha
  9. Anuwinda (Anuwenda)
  10. Aparajita
  11. Aswaketu
  12. Bahwasi (Balaki)
  13. Balawardana
  14. Bhagadatta (Bogadenta)
  15. Bima
  16. Bimabala
  17. Bimadewa
  18. Bimarata (Bimaratha)
  19. Carucitra
  20. Citradharma
  21. Citrakala
  22. Citraksa
  23. Citrakunda
  24. Citralaksya
  25. Citrangga
  26. Citrasanda
  27. Citrasraya
  28. Citrawarman
  29. Dharpasandha
  30. Dhreksetra
  31. Dirgaroma
  32. Dirghabahu
  33. Dirghacitra
  34. Dredhahasta
  35. Dredhawarman
  36. Dredhayuda
  37. Dretapara
  38. Duhpradharsana
  39. Duhsa
  40. Duhsah
  41. Durbalaki
  42. Durbharata
  43. Durdharsa
  44. Durmada
  45. Durmarsana
  46. Durmukha
  47. Durwimocana
  48. Duskarna
  49. Dusparajaya
  50. Duspramana
  51. Hayabahu
  52. Jalasandha
  53. Jarasanda
  54. Jayawikata
  55. Kanakadhwaja
  56. Kanakayu
  57. Karna
  58. Kawacin
  59. Krat
  60. Kundabhedi
  61. Kundadhara
  62. Mahabahu
  63. Mahacitra
  64. Nandaka
  65. Pandikunda
  66. Prabhata
  67. Pramathi
  68. Rodrakarma (Rudrakarman)
  69. Sala
  70. Sama
  71. Satwa
  72. Satyasanda
  73. Senani
  74. Sokarti
  75. Subahu
  76. Sudatra
  77. Suddha (Korawa)
  78. Sugrama
  79. Suhasta
  80. Sukasananda
  81. Sulokacitra
  82. Surasakti
  83. Tandasraya
  84. Ugra
  85. Ugrasena
  86. Ugrasrayi
  87. Ugrayudha
  88. Upacitra
  89. Upanandaka
  90. Urnanaba
  91. Wedha
  92. Wicitrihatana
  93. Wikala
  94. Wikatanana
  95. Winda
  96. Wirabahu
  97. Wirada
  98. Wisakti
  99. Wiwitsu (Yuyutsu)
  100. Wyudoru (Wiyudarus)

Sumber : Wikipedia

Senin, 07 Juli 2014

Partitur lagu "Mastin"

Eh, gue punya kabar gembira! Apa? Kulit manggis kini ada ekstraknyaa... :D Belakangan ini merek itu buming, ya? Bahkan jadi sasaran candaan di socmed. Yeah, siapa yang ga kenal sama ini lagu....? "MASTIN GOOD!!!" wkwkwkwk... Aku iseng cari2 nadanya di keyboard dan ini hasilnya:


Rabu, 02 Juli 2014

Cerpen: My Lovely Dear, Peri Kebahagiaan

Mengepak sayap kebebasan…
Melepas secuil luka penderitaan…
Buka mata menatap ke depan…
Meraih mimpi bersama harapan…

Namaku Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Dulu aku adalah seorang superstar yang memiliki banyak penggemar dan juga followers yang berbaris - baris di twitter.  Tetapi itu hanyalah "Dulu". Dan semuanya berubah semenjak ada musibah yang menimpa keluarga kami.

Setahun yang lalu, kami pergi ke puncak untuk menyambut libur akhir tahun 2013. Di tengah perjalanan, kami bergembira ria. Bernyanyi, bercanda dan bersenda gurau. Sampai ada sebuah truk yang menyambut kami dengan lampu yang menyilaukan mata.

"Allahuakbar! Lailahailallah muhammadarasulullah...." Kami melantunkan bacaan itu bersama - sama, kemudian, "Braakkk!!!"

Dalam kejadian itu, hanya aku yang selamat walaupun tubuhku dipenuhi dengan luka bakar yang sampai sekarang masih ada bekasnya.

Karena peristiwa itu, setiap stasiun televisi dan berita hanya menayangkan aku, aku, dan aku. Gosip pun tak henti - hentinya menyerang. Sedangkan aku hanya bisa menangis di kamar, meratapi nasib dan tak tahu harus berbuat apa. Tak terhitung berapa kali aku mencoba untuk bunuh diri dan selalu gagal karena aku terlalu lemah dengan semua ini. Semua yang aku miliki telah hilang. Popularitas, fans, dan kepercayadirian. Kini aku hanya bisa duduk di kursi roda dengan tatapan kosong dan bungkam.

"Iqbaal!" Suara itu tiba - tiba mengagetkanku. Itu Tante Irma, yang merawat aku semenjak kejadian itu. Aku langsung mengusap kedua buah mataku yang seringkali basah tanpa aku sadari. "Kamu nangis lagi? Sudah.... sudah.... nggak usah dipikirin terus.... Guru home schooling kamu sudah datang, tuh. Ayo!"

Aku hanya mengangguk dan memutar kursi rodaku ke ruang keluarga. Aku tak pernah mengucapkan sepatah kata pun sejak setahun yang lalu. Aku hanya ingin menangis, menangis, dan menangis- tak kuat merasakan kehilangan semua yang kumiliki dalam sekejap.

Dulu aku cinta sekolah dan aku selalu bersemangat. Tetapi itu dulu. Sekarang aku hanya asal - asalan ikut. Bahkan semua prestasi yang aku ukir sudah tidak ada gunanya lagi. Semua tinggal kenangan. Bahkan aku tak terlalu memperhatikan saat guru menerangkan pelajarannya. Itu semua tidak penting lagi bagiku.

Akhirnya sekolah selesai juga. Dan aku ingin menyendiri lagi. Mengantar guruku ke depan pintu sudah cukup. Depan pintu itu batasku ke luar. Karena aku benci dunia luar.

"Iqbaal!" Tanteku berlari ke arahku dan langsung memelukku. "Sampai kapan kamu begini terus? Mau sampai kapan?!"

"Sampai orangtua dan kakakku kembali." Ujarku dalam hati. Aku langsung pergi ke kamarku lalu menutup pintu.
"Terus kita harus gimana, Pa?" Kata Tante Irma pada Om Farhan di ruang keluarga.

"Gimana apanya?"

"Itu, keponakan kita. Sampai sekarang dia belum mau ngomong dan dikamar terus. Melamun, nangis, pokoknya gitu, deh. Apa perlu Mama panggilin dia psikiater?"

"Oke, besok Papa panggilin psikiater. Tapi sore - sore aja, soalnya ada urusan kantor."

Tanpa mereka sadari, aku ada di dekat mereka dan diam - diam menguping pembicaraan mereka. "Mereka benar, aku nggak boleh kaya' gini terus." Aku pun memberanikan diri keluar dari zonaku, meskipun trauma masih saja menghantuiku. Aku masih ingat saat aku melihat mereka terbakar hidup - hidup. Itu sangat mengerikan.

"Hai!" Tiba - tiba ada suara mengagetkanku. Seorang cewek berambut panjang sepinggul tiba - tiba mendekatiku. "Kamu tetangga baru, ya? Aku baru lihat kamu."

"Hai...." Ucapku pelan dengan senyum yang dipaksakan. Anak itu ramah sekali. Baru sehari ketemu, aku sudah diajak ke taman bunga. Letaknya tidak jauh dari rumah dan pemandangannya sangat asri. Aku pernah diajak Mama kesini tapi itu sudah lama.

"Oya, kita belum kenalan. Namamu siapa?" Dia mengulurkan tangan padaku.

"Iqbaal." Kataku seraya menggapai tangan mungilnya. "K-kkalau kamu?"

"Aku Karin. Aku dari dunia gaib, dan aku kesini untuk menghantuimu." Candanya. Aku dan Karin pun tertawa. "Eh, ngomong - ngomong, kamu jarang bicara, ya?"

Kata itu seperti memanahku dalam sekejap. "Lebih tepatnya nggak pernah. Sejak setahun terakhir, baru kali ini mulutku berfungsi selain untuk makan."

"Kenapa begitu?" Karin terbelalak sekalugus heran.

"Ceritanya panjang, Rin... Dan aku sudah tidak mau mengingatnya lagi. Kenangan ini terlalu buruk." Kataku seraya menunduk, berusaha membendung mataku.

"Oh maaf, aku lancang, ya?"

Aku tersenyum. "Nggak papa, kok. Mulai hari ini, nggak boleh ada rahasia. Begitupun kamu. Janji?" Aku mengulurkan kelingking.

"Janji."

Sejak saat itu kami menjadi sahabat. Selalu berbagi cerita. Dan dia membantuku bangkit dari keterpurukan. Karin, gadis pengkhayal, lucu, dan aneh. Dia yang selalu menghiburku.

"Karin, sudah mulai malam. Aku pulang dulu, ya?"

"Mau diantar ke rumah?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri, kok!"

"Oke yaudah.... See you!"

"Bye!"

Lalu aku memutar - mutar roda di kursiku. Baru kali ini aku bahagia. Sungguh!

Dari depan rumah, aku melihat Tante Irma. Dia tampak gelisah. Aku menyentuh tangannya dari belakang. Dia langsung kaget.

"Aduh... kamu ini ngagetin aja. Dari mana aja, kamu?! Dicari kemana - mana. Tante pikir kamu hilang bunuh diri tahu, ga?!" Nada bicaranya agak tinggi. "Sekarang kamu masuk!"

Aku hanya tersenyum melihatnya. "Aku nggak kemana - mana kok, Tante. Aku cuma ke taman."

"Lho, kamu bisa ngomong?" Katanya dengan mata membelalak. "Akhirnya...." Tante Irma langsung memelukku erat. "Besok Tante telfon kak Rino buat liburan sekalian ngerayain kesembuhanmu."

Air mukaku berubah seketika. "Maaf, Tante..." Ujarku sambil menekuk muka. "Aku benci liburan." Aku langsung masuk ke dalam rumah.

Pagi ini aku merenung di bawah jendela sambil merasakan angin sepoi - sepoi. Rasanya ingin sekali aku memandang keluar jendela. Tetapi jendelanya terlalu tinggi sedangkan aku tidak bisa berdiri untuk bisa menggapainya.

"Iqbaal!" Aku mengenal suara itu. Suara Karin. "Kamu disana?" Dia mengintipku dari jendela.

Aku pun berpegangan dan berusaha berdiri. "Kamu ngapain kesini?" Kataku sambil berbisik.

"Ini kan hari minggu. Main, yuk!" Ajak Karin.

"Tapi guru home schooling ku bentar lagi datang."

"Kamu belajar full seminggu?"

"Okay, bentar!" Sekali lagi hal gila ini yang terakhir kali aku lakukan dengan tujuan bunuh diri. Kuraih kunci di atasnya sambil berusaha berdiri tanpa berpegangan, lalu aku melompat dan "Berhasil! Alhamdulillah...."

"Kamu bisa jalan?" Karin terkejut.

"Barusan" Jawabku.

"Iqbaal!" Terdengar suara tanteku dari dalam. Sepertinya guru home schoolingku sudah datang dan Tante mencari - cariku.

"Itu suara Tante Irma" Kataku. "Lari!!!" Aku menarik tangan Karin. Meskipun rasanya masih agak pincang, tetapi setidaknya kau masih bisa lari.

"Kita kemana?"

"Kemana aja, deh!"

"Brak!" Karin terpeleset di lumpur.

"Karin?" Aku mengulurkan tangan padanya. "Kamu nggak papa?"

"Nggak papa." Suasana hening sejenak. "Kamu yang jaga!" Karin memukulku lalu berlari. "Kejar aku kalau bisa! wek...."

"Okay!" Kami pun bermain sepuasnya seperti anak kecil.

Hari sudah semakin sore....

"Udah sore, nih.... aku balik dulu, ya?" Kata Karin.

"Iya, aku juga mau balik... see yeah...."

"See yeah...."

Kembali lewat jendela mungkin saat yang aman untuk pulang. Aku memanjat jendela itu dan di dalam kamarku sudah ada Om dan Tante yang sudah siap mengomel, menghukum, atau apapun itu.

"Iqbaal! Sejak kapan kamu bertindak tidak sopan? Dan sejak kapan kami mengajarimu tidak sopan?! Hah?!!!" Om ku membentak dengan keras. Rasanya baru kali ini dia begiru. Biasanya dia begitu lemah lembut padaku.

"Iya, tadi gurumu sampai lumutan, tahu nggak! Kamu malah kabur. Sejak kapan kamu bisa jalan?"

"Barusan. Itu juga nggak disengaja." Kataku sambil menunduk.

"Udahlah Ma, Pa.... nggak usah terlalu kasar. Paling nggak dia sudah bikin kemajuan." Tiba - tiba Kak Rino datang.

"Kak Rino! Aku langsung memeluknya. "Akhirnya.... Long time no see...."

Kak Rio melepaskan pelukkannya. Dia menatap mataku dan mengatakan sesuatu. "Kamu hebat." kata itu nyaris tidak terdengar dan airmataku perlahan - lahan jatuh karena terharu.

"Kamu minta apa? Kami akan turuti." Kata Om.

"Aku ingin sekolah di sekolah reguler. Aku bosen terus - terusan di rumah."

"Tante juga minta satu hal sama kamu." Tante mendekatkan wajahnya ke arahku, merangkul pundakku. "Boleh kamu panggil Mama dan ini Papa?"

"Emm.... boleh, Ma..."

Kami pun berpelukkan dengan eratnya. Sekarang aku resmi jadi bagian dari keluarga ini.
Hari ini adalah hari pertamaku sekolah. Senang sekali bisa kembali lagi setelah setahun menghilang.

"Eh, lihat! Itu ada Iqbaal!!!" Kata segerombolan temanku yang langsung menghampiri. "Lu kemana aja?"

"Aku? Aku dari dunia gaib." Candaku. Lalu aku melihat seorang gadis berambut panjang yang sudah tak asing lagi. "Bro, gue duluan, ya?"

"Okay!"

Lalu kubiarkan masa lalu itu…
Berlalu seperti seharusnya…

Dibawa angin waktu yang berhembus…

-TAMAT-

Cerita ini hanya fiksi....
By: Haniya Timor

Selasa, 01 Juli 2014

Puisi: Rasa Itu Tinggalah Hampa

Kata - kata yang begitu indah seakan sirna
Rasa itu telah hambar sekarang
Dan semua itu tinggalah hampa

Inilah kenyataannya
Semua itu tinggalah hampa
Dan cintaku telah sampai pada hasyiahnya

Rasa yang kita jaga dulu
Kini telah pergi entah kemana
Semua itu telah hilang ditelan bumi

Rasa itu hanyalah kebahagiaan semu
Yang tersembunyi dalam senyum palsu
Oh cinta, maafkanlah aku!

Puisi : Inkonfeso Cinta


Kata orang cinta itu indah
Kata orang cinta itu fitrah
Kata orang cinta itu anugerah

Tapi kenapa kenyataannya begini
Kenapa cinta ini begitu rumit
Mengapa cinta begitu membuatku frustrasi
Hingga galau sepanjang hari

Kenapa rindu ini tak seindah dulu
Kenapa rindu ini justru membuatku terbelenggu
Hingga membuatku diam membisu
Dan kata - kataku membatu

By: Haniya Timor


Puisi: Sahabat Jadi Cinta

"Tak bisa hatiku menafsirkan cinta....
Karena cinta tersirat bukan tersurat....
Meski bibirku terus berkata tidak....
Mataku terus pancarkan sinarnya...."

Lagu itu mengingatkanku
Pada awalnya tak ada kata cinta yang terucap
Pada awalnya tak ada rindu yang membelenggu

Dan hari ini tiba - tiba rasa itu menghampiri
Resah gelisah dan rindu
Seperti itulah yang kurasa saat ini

Saat aku jatuh cinta pada sahabtku sendiri
Hanya dia dia dan dia yang terpikir dalam benakku
Gila, benar - benar hanya dia!!!

Dan saat kita menghabiskan waktu bersama
Saat itulah aku menyadari
Bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu

Dan ketika kau menyatakan cinta padaku
Serasa hati ini bergejolak
Bingung dan resah pun semakin menjadi - jadi

Aku tak tahu harus bilang apa
Yang jelas, rasa ini begitu indah sekaligus melelahkan
Dan aku harap rasa ini dapat bertahan selamanya

By: Haniya Timor