Rabu, 04 September 2013

Cerbung : Kala Surya Tenggelam part 2 (Sedetik nafasku)


"Dear Diary,
Kali ini aku kesepian di senja hari tanpa kehadiranmu. Bulan Purnamaku. Aku akan selau merindukanmu sejak hari itu. Di ulang tahunku yang ke-14. Lukisan itu tak bernyawa. Tidak seindah senyuman manismu yang menawan. Aku ingin melihatmu lagi! Sekali saja, lalu aku akan siap kau tinggalkan untuk selamanya.."

Aku melihatnya duduk di depan meja belajar, menuliskan sesuatu di buku hariannya. Menangis sedih karenaku-bunga mawar merah itu kini telah berevolusi menjadi bunga lili yang pucat kehilangan semua airnya. Melihatnya menangis bagaikan duri di gurun sahara yang merajamku tanpa belas kasihan. Sungguh! Sedangkan aku? Jasadku hanya terbaring disana yang tak dapat kumasuki. Bahkan apa yang aku katakan padanya, dia takkan mendengarnya. "Mawar, aku masih disini! Aku masih bisa melihatmu. Mawar, jangan menangis. Lupakanlah aku jika aku tak kembali!" Aku ingin memberitahu pada mereka yang menyayangiku bahwa aku masih hidup! Aku masih bernafas!

Mungkin setidaknya jasadku masih ditahan oleh pihak rumah sakit untuk diotopsi. Sebuah angina segar untukku. Karena jika tidak, mungkin aku sudah menyatu dengan Tanah. Andai saja mereka mengerti. Aku disini Ibu. Mawar, sahabatku. Dan sekarang aku merasa seperti hantu. Berlari kesana kemari tanpa arah dan tujuan. Akhirnya aku memutuskan untuk menjenguk ibuku. Dia sedang menangis sambil memandangi batu nisanku yang telah disiapkan-bertuliskan Emilza Fakhriza Bin Fakhri. Oh, seperti ada hujan pedang di sekitarku. Dua orang yang paling kusanyangi menangis karenaku.

Tiba - tiba telepon berbunyi. Wajah sumringah itu muncul. Keajaiban terjadi, Dokter menemukan tanda - tanda kehidupan di tubuhku. Ternyata aku mengalami koma yang sangat lemah. Meskipun mustahil untuk disembuhkan, tetapi paling tidak mereka tahu bahwa aku masih hidup.

Aku merasakan sakit luar biasa ketika ditarik oleh tubuhku sendiri. Jantungku dipacu oleh dua buah alat yang digesek - gesekkan itu. Rasanya sakit sekali. Tetapi lebih sakit lagi jika aku melihat mereka kehilangan diriku. Senyuman mereka adalah semangatku. Dan tiba saatnya aku kembali. Aku memberikan senyum manisku untuk mereka. Aku melihat ibuku dan Mawar tersenyum bahagia.

"Eeaarrghhh...." Aku merintih. Sakit itu muncul lagi. Dampak dari alat pacu jantung yang bekerja terlalu keras. Tidak!!! Seluruh pandanganku menjadi gelap. Tetapi takdir tetap menjadi takdir yang tidak bisa ditolak. Tapi paling tidak, aku sudah membuat mereka ikhlas dengan kembali lagi walaupun sesaat. Terbukti dengan air mata yang tidak mengalir di pipi. Ibukku, dia sudah ditinggal oleh dua orang lelaki yang disayanginya. Dan aku sudah memberikan sedetik nafasku yang begitu berarti.

Tidak ada komentar: